Nasihat Super Seorang Ibu yang Masih Kujalankan Hingga Hari Ini


"Aya naon, bu? Naha nangis? Tanyaku ketika aku melihat mata ibu sembab dan sedikit terisak.

"Teu aya nanaon, sok we geura bobo!" Perintah ibu sambil mengajakku ke tempat tidur. Percakapan dalam Bahasa Sunda itu terjadi ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar.

Aku masih tidak percaya, sekali lagi aku bertanya, kenapa ibu menangis [Naha nangis?].  Sebuah petanyaan yang tak pernah ibu jawab dengan jujur. Sejujurnya aku tahu bahwa ibu menangis. Tapi entah kenapa, dia selalu menyembunyikannya.

Hari itu  mungkin aku belum dapat memetik makna kenapa ibu selalu berbohong padaku tentang kesedihannya. Tapi di kemudian hari, ketika aku menginjakkan takdirku pada masa kedewasaan usiaku, aku memahami kebohongan ibu tersebut. Rupanya ibu tidak ingin aku merasakan setiap kesedihan yang dia rasakan. Sungguh luar biasa pengorbanan ibu. Tidak hanya ketika dia berjuang antara hidup dan mati saat melahirkanku, mengorbankan segala waktunya demi merawatku, tapi ibu juga rela berpura-pura bahagia hanya demi menjaga air mataku agar tak ikut tumpah. Padahal aku tahu bahwa untuk berpura-pura bahagia saat terluka itu sangat tidak mudah.

Masih ingat bagaimana ibu mengatakan sebuah nasihat ketika aku akan memulai hidup baru sebagai seorang istri dan mengikuti suami ke tempat asalnya, Jogjakarta. Ulah dagang karungsing ka batur, anggur mah sing sabar jeng tawakal [Jangan berjualan kegelisahan kepada orang lain, lebih baik bersabar dan tawakal]. Sebuah nasihat super yang sampai detik ini masih aku jalankan.

Apa yang dikatakan ibu memang benar adanya. Mengobral duka lara kepada orang lain bukan berarti akan mendapatkan simpatik banyak orang. Mungkin ada beberapa yang merasa kasihan, tapi tidak sedikit pula yang malah nyinyir dengan keterpurukan kita. Jika sudah begitu, bagai jatuh tertimpa tangga pula, sudah sakit malah semakin bertambah sakit.

Andai kesedihan itu kita obral ke sanak saudara dan keluarga tercinta, sudah pasti mereka pun akan merasakan sakitnya. Tidakkah kita tega membiarkan rasa sakit kita menulari hati mereka yang sedang gembira? Apabila permasalah hati yang sedang berjibaku dengan keresahan itu masih dapat kita atasi, alangkah lebih baik kita selesaikan saja sendiri, sampai akhirnya kita tahu bahwa kita mampu bangkit dari kesakitan itu.

Sesungguhnya aku adalah orang yang mudah menangis dan rapuh, namun nasihat ibulah yang membuatku selalu kuat.

Aku sukses mengelabui orang dengan kepura-puraanku sebagai orang yang senantiasa berbahagia, selalu menampakan wajah ramah dan ceria, tidak pernah mengungkap kegelisahan apalagi mengeluh. Segala bentuk kegelisahan yang terjadi dalam hidupku dan rumahtanggaku tidak pernah terdengar hingga ke luar rumah.

Kepandaianku menyembunyikan kesedihan memang diajarkan ibu sejak aku kecil. Alasannya satu, karena kesedihan itu tak pantas dibagi. Yang pantas dibagi hanyalah suka cita. Bahkan ibu pun sempat menjadi korban kepura-puraanku. Ketika Tuhan mengujiku dengan ujian yang sangat berat dan dalam waktu yang lama, hingga rasanya hati ini tak berdaya lagi dan hampir-hampir depresi, aku berhasil menyembunyikannya dari ibu. Setiap kali ibu menelepon dan menanyakan kabarku, aku selalu bilang bahwa aku sehat dan bahagia. Ingin rasanya aku bercerita, tapi rasanya tidak tega juga jika harus membuat ibu menangis mendengar apa yang sesungguhnya terjadi. Dan berkat kesabaran dan ketawakalanku, akhirnya ujian itu selesai. Dan di saat aku pulang kampung, aku datang ke hadapan ibu dengan kebahagiaanku yang sesungguhnya.

                           Tidak hanya mencintaiku, ibu pun sangat mencintai cucu-cucunya                 

Dulu, ibu tidak pernah memperlihatkan air matanya di depanku, kecuali sisa mata sembab dan hidung yang memerah. Ibu faham benar dengan keadaanku, bahwa jika aku melihatnya menangis maka aku pun akan ikut menangis.

Ibu ingin aku selalu bahagia, dia tidak ingin aku merasakan kesedihannya. Jika dulu ibu seperti itu, maka aku pun harus melakukan hal yang sama. Sejauh mana aku bisa bertahan menghadapi segala ujian hidupku, sejauh itu pula aku harus pandai menyembunyikan duka laraku. Biarlah semua dinikmati sendiri sampai aku tahu bahwa aku benar-benar tangguh untuk mengahadapinya.

Bermiliar-miliar kata pun tidak akan cukup untuk menuliskan keistimewaan seorang ibu. Kasih sayang ibu tak terbantahkandan tak akan tertandingi, juga mustahil terbalaskan.

Ibu. Jika mendengar kata ini seketika bercucuranlah air mata. Terlebih bagiku yang kini hidup di perantauan. Ingin rasanya berada di dekat dia selalu. Mengurus dia yang kini sudah menua. Tapi apa mau dikata, malah ibu pula yang menyuruhku untuk tetap berada menemani suami.

Taatlah pada suamimu, temani dia di sana karena sekarang dialah yang bertanggung jawab atasmu.Temui ibu di saat suamimu meridhoi mu, begitulah kata ibu. Waktu itu aku meneleponnya bahwa aku ingin kembali saja ke rumah untuk mengurus ibu.

Aku memang merasa bersalah karena telah memilih jodoh yang jauh dari kampungku. Apalagi aku anak tunggal. Di saat ibuku membutuhkanku malah aku berada jauh darinya. Namun lagi-lagi, rasa bersalah itu kembali ditenangkan oleh ibu. Dia bilang bahwa kebahagiaan itu tidak selalu harus bersama. Di manapun aku berada, asal aku bahagia maka ibu pun akan bahagia, begitu katanya.

Oo, ibu! Sesederhana itukah defenisi kebahagiaan buatmu? Tapi di sini aku dapat melihat bahwa engkau begitu ikhlas melepasku. Engkau benar-benar memahami bahwa setiap orangtua tidak berhak selamanya memiliki anaknya dalam genggaman. Kelak ketika dia dewasa dan bertemu tulang rusuknya, maka pada saat itulah orangtua harus meridhoi anaknya terlepas dari genggaman itu.

Walau demikian, do'a ibu tak pernah terputus. Aku sangat tahu itu. Ketangguhanku dalam menghadang segala ujian hidup adalah berkat ajaran dan nasihatmu. Do'a-do'amu mustajab, ibu! Dan jika hari ini aku dapat bersua dengan kejayaan hidupku lahir dan bathin, sungguh itu adalah karena kekuatan do'a-do'amu.


Dan atas dasar kasih dan cintaku terhadap ibu, di hari ibu kemarin kubuatkan sebuah kejutan untuknya. Ibu adalah seorang kolektor daster. Biasalah namanya juga emak-emak. Oleh karena itu, beberapa buah daster aku kirimkan ke kampung lewat salah satu jasa pengiriman kilat. Aku selipkan sebuah surat cinta untuknya. Lewat kata-kata sederhana dalam bahasa daerahku, aku tuliskan segenap perasaan cintaku.

Salam baktos
Ibu..hatur nuhun kana sagala rupi pengorbanan ti kawit abdi lahir dugi ka ayeuna
Hapunteun te acan tiasa ngabales sok sanaos ibu teu nyungkeun balesan
Kanyaah ibu seungitna ngalangkungan wawangi malati, kanyaah ibu lir ibarat cai laut anu salawasna nu teu pernah saat
Hapunteun abdi pami salami ieu aya ci soca anu ngeuclak gara-gara tingkah polah abdi
Ibu salawasna janteun malaikat abdi, bidadari paling geulis nu sagala ucap langkahna nyejukeun sareng ngiatkeun manah abdi. Sekali deui hatur nuhun, ibu.

(Salam bakti
Ibu...terima kasih atas segala pengorbanan dari mulai saya lahir hingga sekarang
Maaf belum bisa membalas meskipun ibu tidak pernah meminta balasan
Kasih sayang ibu wanginya melebihi wangi melati
Kasih sayang ibu seperti air laut yang selamanya tidak pernah kering
Maaf kalau ada air mata yang pernah jatuh gara-gara kelakuanku
Ibu selamanya jadi malaikatku, bidadari paling cantik yang segala ucap dan langkahnya menyejukkan dan menguatkan hatiku. Sekali lagi, terima kasih ibu.)

Surat cinta dariku itu kini disimpan baik-baik olehnya. Dijaganya dengan penuh cinta sebagaimana dia menjagaku dulu. Meski yang kutuliskan hanyalah kata-kata sederhana, tapi itu cukup membuatnya menangis.

Ibu memang magnet yang luar biasa. Ketika mendengar kata itu hati kita sontak menangis. Terlebih jika kehebatan seorang ibu terlantun dalam sebuah lirik lagu yang menyentuh. Kita sebagai anak benar-benar akan dibuat rindu padanya. Ingin selalu memeluknya dan tentunya memori kita akan kembali memutarkan tentang segala moment indah di kala kita kecil bersamanya.

Ya, banyak lagu syahdu yang mengulas tuntas pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu. Semua lagu itu dibuat sedemikian rupa hingga kita yang mendengarnya pun bisa mengaharu biru. Seperti lagu dari Jasmine Elektrik yang selalu membuatku terharu. Bagaimana tidak, apa yang dituturkan dalam setiap liriknya semua mewakili tentang perjuangan ibu. Mulai dari kecil hingga dewasa. Ada juga tentang kesalahan kita sebagai seorang anak yang tanpa disengaja ataupun disengaja telah membuat air mata ibu tumpah. Oo, Tuhan! Betapa banyak salah diri ini pada ibuku. Semoga Engkau senantiasa melimpahkan keberkahan dan kebahagiaan buat yang ibuku dan ibu-ibu lainnya di dunia. Terimakasih ibu. #JasmineElektrikCeritaIbu






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seblak, Kuliner Parahyangan Yang Makin Tenar

Bika Talubi Inovasi Trendi Dari Ragam Kuliner Bogor Yang Super Lembut

Teknologi Dengan Segala Dampak Yang Di Timbulkan Dalam Kehidupan Sosial