Dari Rasa Penasaran Dimulainya Perjalanan Kepenulisan

Halo sobat, pada tulisan kali ini aku akan bercerita bagaimana mulanya aku mengenal sebuah platform menulis yang namanya blog. Dulu aku sering mendengar kata blog. Apaan tuh? Bermula dari rasa penasaran itu, aku pun berselancar di dunia maya tentang apapun yang bersangkut paut dengan hal tersebut. Oh ternyata begitu ya. Intinya blog itu tempat kita menulis tentang hal apapun. Menarik juga tuh. Pantas untuk dicoba.Tapi kemudian pertanyaan lain timbul, bagaimana caranya membuat blog? Haruskah pakai biaya atau malah menyuruh seorang ahli komputer untuk membuatkanku sebuah blog?  Atas ketidak tahuan itu, aku kembali memulai perjalanan menyusuri jagat maya untuk menggali informasi bagaimana caranya membuat sebuah blog. Dan ternyata, semua tak serumit yang kukira. Dengan banyaknya tutorial tentang cara membuat blog mulai yang berbayar hingga gratisan, tentunya membuat siapapun bisa memiliki situs sendiri tanpa harus mengandalkan jasa orang lain. Terutama yang gratisan ya. Bocil pun bisa. Apalagi aku yang lulusan S3 (SD, SMP, SMA 😁😁😂😂), bisa banget dah!

Aku memilih blog yang gratisan saja. Pengennya sih yang berbayar biar lebih terlihat profesional gitu. Tapi apalah daya, cuanku masih harus berbagi kasih dengan uang jajan putera puteriku. Tapi yo wes rapopo, yang penting aku punya blog. Itu saja udah buat aku seneng banget.

Perjalanan pun dimulai. Aku mulai menulis pada sebuah blog dimana blog tersebut dikhususkan untuk pengguna hape. Yang punya orang India. Namanya Kang Arvind Gupta. Nama platformnya adalah My Wap Blog. Menurut saya, menulis di sana sangat seru. Interaksi antar blogger kental terasa. Asal kita rajin berkunjung ke blog orang lain, maka blog kita pun akan diserbu banyak komentar. Tidak sekedar saling berbalas kunjung, interaksi yang intens membuat kita serasa jadi saudara di dunia maya. Blogger-blogger di sana sangat aktif menulis. Setiap hari ada banyak tulisan yang wara-wiri dan kita akan segera mengirim komentar. Dan asyiknya, ketika berkomentar kita akan merasa berada di media sosial. Dari komentar tentang topik postingan bisa ngalor-ngidul ke hal-hal yang gak karuan sampai candaan. Aku bilang My Wap Blog adalah platform menulis rasa medsos.

Apabila hari ulang tahun My Wap Blog tiba, Si Bos akan mengadakaan event seru berupa lomba menulis cerpen. Yang dikasih hadiah banyak banget. Kalau gak salah sampai puluhan blogger. Hadiahnya macam-macam mulai kaos, voucher pulsa hingga hape. Kalau ada event seperti itu, Si Bos suka ikut nimbrung. Dia menulis pengantar untuk pembukaan event lomba tersebut. Pokoknya jika ada hal-hal penting mengenai perkembangan paltform, Si Bos pasti hadir menyampaikan ceramahnya. Menurut aku sih dia mah ramah banget. Merakyat lah pokoknya. Mungkin kalau jadi presiden, dia akan sering blusukan kayak Pak Jokowi hehheh. 

Enjoy super enjoy menulis lewat My Wap Blog. Hati serasa berbunga karena setiap tulisan selalu diapresiasi lebih oleh teman-teman. Mereka gak peduli tulisan kita itu bagus apa enggak, bermanfaat apa nggak. Tapi mereka tetap meresponnya dengan baik. Pernah aku menulis sepuluh baris saja. Begitu kira-kira. Tapi mereka meresponnya dengan banyak candaan. Wah, rame banget dah!

Ketika hati sedang cinta-cintanya pada My Wap Blog, tiba-tiba surat cinta dari Si Bos datang pada kita. Si Empunya platform memberitahukan bahwa dia akan segera menutup perusahaannya. Duh, sedih kacida! Mengapa dia pergi disaat aku begitu mencintanya? Aku meratap. Tapi lama-lama aku kuat. Toh yang sedih bukan cuma aku, tapi semua teman-teman blogger pengguna My Wap Blog. 

Pada ceramahnya yang terakhir, Kang Arvind memberi tahu bahwa alasan dia menutup platformnya bukan karena masalah financial atau adanya jual beli, melainkan karena alasan pribadi yang tidak bisa di share ke publik. Duh, kayak orang mau cerai aja pake alasan pribadi segala. Kang Arvind...Kang Arvind...Bikin kita penasaran aja! Tapi gak apa-apa lah, toh itu platform punyanya dia, terserah dia mau diapain juga. 

Terakhir, dia bercerita bahwa dengan keputusannya menutup My Wap Blog telah banyak orang mencacinya karena merasa kecewa dan sedih. Wah, kalau kata aku sih mereka kurang ajar banget marahin Kang Arvind. Udah bagus-bagus dikasih ruang menulis yang gratis dan cepet banget buat naikin traffick, bukannya berterima kasih malah mencaci. Bener-bener dah tuh orang, hadeuuhhhhh!

Singkat cerita sampailah pada titik terakhir perjalanan menulis di My Wap Blog. Kang Arvind pamit membawa pergi platformnya dari kemayaan. Dia menghilang bersama hilangnya blog milikku yang susah payah kubangun hingga tumbuh besar. Aku pun ngegel curuk alias gigit jari, bingung kemana lagi harus melangkah. Rasanya mubazir banget tulisan-tulisan kemarin itu. Buang-buang tenaga. Tapi ya sudahlah, barangkali Tuhan sedang mengajariku untuk belajar ikhlas dan bersabar. Aku mencoba untuk legowo.

Membuat Rumah Baru

Biarpun bukan penulis profesional, tapi aku ini suka menulis. Kalau semua ide cuma berdiam di otak rasanya malah bikin pusing. Akhirnya aku mulai membangun rumah baru tempat untuk menuangkan segala ide. Masih istiqomah dengan domain gratisan, aku pilih BLOGSPOT untuk melabuhkan segala ide.

Namanya juga rumah baru, pertama memasukinya terasa hambar. Rupanya aku masih kangen dengan rumah menulisku yang dulu. Aku masih berharap kalau Kang Arvind bisa kembali membuka platformnya. Tapi ternyata itu cuma mimpi. 

Biar hambar, aku terus mencoba mencintai blogku yang anyar. Aku harus mengenalnya lebih dekat biar timbul rasa sayang. Kan pepatah bilang tak kenal maka tak sayang. Aku pun demikian. Mencoba memahami hal apapun yang berkaitan dengan blogspot. Termasuk interaksi dengan sesama kawan blogger di sini. Seperti apa tabi'at mereka dalam merespon postingan kita. Ternyata memang begitu.  Kalau trafficknya gak bagus-bagus amat, kolom komentar sunyi sepi bak hutan tak berpenghuni. Adem ayem tapi nyebelin hahhah.

Pencapaian Bersama Blogspot

Pelan-pelan kunikmati saja perjalanan nge-blog di platform yang baru ini. Biar interaksi komentar sesama blogger cenderung senyap, tapi rupanya aku mulai jatuh cinta. Lewat rumah menulisku yang baru, aku banyak mengikuti kontes kepenulisan. Tidak banyak hadiah yang kuhasilkan kecuali sekedar kaos dan sertifikat kepesertaan. Tapi tak masalah, sebab pengalaman mengikuti banyak kontes telah membuatku sadar bahwa aku harus lebih banyak lagi belajar. Aku merasa tulisanku bagus, tapi kenapa aku tidak juara? Jawabannya karena ilmuku masih kurang. Dari para juara itu, aku mulai mencuri ilmu bagaimana menulis yang baik. Dan sampai hari ini aku masih terus belajar dari para suhu.

Bertahun-tahun bersama blogspot, nyatanya traffick pengunjung jauh di bawah rata-rata. Tapi aku tetap enjoy. Aku tidak pernah peduli seberapa sering tulisanku dilihat. Yang penting aku menulis. Sudah, itu saja!

Memang benar jika traffick-nya tinggi kita pun bisa mendapat pundi-pundi rupiah. Aku pun sudah mencoba hal itu. Biar pun pengunjungnya sedikit siapa tahu ada bonus bisa dipasangi iklan. Tapi rupanya hal baik itu belum berjodoh dengan blogku. Mungkin blog milikku masih banyak kurangnya, selain traffick rendah domain pun masih gratisan. Aku sadar akan hal itu, makanya aku tidak marah-marah ketika Mbah Google tidak merespon pengajuan adsenseku. Aku fikir cucu yang baik adalah cucu yang menerima segala keputusan Simbah-nya tanpa harus merajuk. Bener apa betul?

Jika dibanding dengan blogku di My Wap blog, pencapaianku di blogspot jika dilihat dari sisi traffick, follower apalagi financial memang sangat jauh perbandingannya. Biar intens menulis, aku merasa bahwa blogku masih berjalan di tempat. Tapi bersama blogspot aku merasa nilai tatakrama menulisku berubah drastis. Yang tadinya cenderung asal-asalan perlahan-lahan mencoba lebih serius dengan cara menuangkan ide lebih banyak lagi. Keberhasilan para blogger-blogger keren dalam menjuarai kompetesi benar-benar mengajariku bagaimana caranya menulis yang baik. Hal yang tentunya tidak aku dapatkan saat aku berada di My Wap Blog, secara selama di sana jarang sekali mengikuti kontes.

Gak kerasa sudah bertahun-tahun blogspot menemaniku. Berbagai keadaan pernah aku lewati bersamanya. Pernah aku mendiamkannya dalam waktu yang lama, sampai aku merasa merindukannya. Karena itulah, beberapa bulan yang lalu aku kembali mebersamainya dan mulai mengisi lembar-lembar kosongnya lewat tulisan-tulisan sederhana. 

Terakhir, mari kita lakukan apapun sesuai cinta. Menulislah karena cinta bukan karena adsense semata. Dan ingat, apabila kita bahagia karena menulis, berarti kita juara.


Sumber foto: pixabay








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seblak, Kuliner Parahyangan Yang Makin Tenar

Bika Talubi Inovasi Trendi Dari Ragam Kuliner Bogor Yang Super Lembut