Berkaca dari Para Penyintas, Deteksi Dini Dapat Mengurangi Resiko Buruk Kanker Payudara

Sumber foto: pixabay.com

Beberapa kali Siti tidak masuk sekolah. Beberapa orang menyebut bahwa dia dilarikan ke rumah sakit. Dia akan dioperasi. Saya terkejut, sebab sehari-harinya tampak sehat. "Kok bisa-bisanya sekarang dia akan dioperasi secara mendadak?" Tanya saya dalam hati. Tiba-tiba seorang teman memberi tahu kalau Siti didiagnosa dokter mengidap kanker payudara dan harus segera dilakukan pengangkatan agar sel kankernya tidak segera menyebar kemana-mana. 

Selang beberapa waktu, Siti terlihat kembali ke sekolah. Dia tampak segar tidak seperti orang yang habis dioperasi. Tapi sesekali tangannya memegang pelan bagian dadanya yang berlindung di bagian dalam jilbabnya. Melihat tangannya menempel di dadanya, kok saya ngilu sendiri. Saya yakin saat itu dadanya pun terasa ngilu. Lalu saya menghampirinya. Setelah berbasa-basi barulah dia bercerita. Rupanya selama ini Siti terlalu mengabaikan rasa sakit yang kadang-kadang datang menyerang payudaranya. Siti menganggap hal itu sepele meskipun kadangkala rasa sakit itu terasa seperti tusukan-tusukan jarum. Siti tidak pernah sekalipun berprasangka bahwa itu adalah kanker payudara. Dia hanya mengira kalau itu sakit biasa yang timbul karena hal lain. Tapi pada satu ketika, Siti menyadari bahwa ada yang serius pada payudaranya. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata Siti mengidap kanker payudara.

Karena kanker tersebut, beberapa kali Siti naik meja operasi. Dia mengaku mengalami krisis kepercayaan diri saat tahu dirinya kini berstatus sebagai sang penyintas kanker. Sebagai wanita, Siti takut tidak ada pria yang bisa menerima dia apa adanya dan mempercayainya untuk menjadikannya ibu bagi manusia mungil bernama anak.


Sumber foto: pixabay.com

Saat dirinya terkena kanker payudara, Siti adalah seorang remaja SMA. Dia teman satu kelas saya sedari SMP. Berkaca dari pengalaman Siti sebagai seorang penyintas kanker di usianya yang masih sangat muda, saya mulai menyadari betapa pentingnya pengetahuan tentang kanker payudara. Terlebih bagi kami yang tinggal di pedesaan, dimana penyuluhan tentang kesehatan itu sangatlah kurang. Dan dampaknya adalah kurangnya kesadaran terhadap ancaman bahaya kesehatan yang mengintai, bisa-bisa kita mengabaikan indikasi yang ada sebagaimana yang Siti lakukan saat indikasi kanker payudara menyerangnya. Siti menganggapnya itu hal biasa, tapi ternyata itu ancaman jiwa.

Siti merasa hidupnya diguncang bimbang. Dia merasa tidak akan bertahan lama. Apalagi akar-akar kanker itu seakan tak pernah mati. Berkali-kali naik meja operasi berkali-kali juga tumbuh. Walau begitu Siti akhirnya bangkit. Dia terus berobat demi sembuh. Siti juga kemudian melanjutkan kuliahnya. Siti lulus dari fakultas ilmu kesehatan. Kemudian dia bekerja pada sebuah Puskesmas dan menikah dengan teman kerjanya. Siti berhasil mengalahkan rasa tidak percaya diri yang dulu memasung hatinya. Kebahagiaan Siti semakin lengkap dengan kehadiran seorang puteri cantik di tengah-tengah keluarganya. Pengalamannya sebagai penyintas kanker di masa lalu membuat Siti lebih "bawel" terhadap keluarga juga anak perempuannya agar menghindari hal apapun yang dicurigai sebagai pemicu terjadinya kanker.


Sumber foto: baznas.go.id



Lepas dari cerita Siti, bertahun kemudian saya bertemu lagi dengan cerita baru tentang kanker payudara. Saat itu saya mengikuti penyuluhan tentang bahaya macam-macam kanker di sebuah Puskesmas di Propinsi Jogjakarta. Sang narasumber (sebut saja Bidan Nur) menuturkan bagaimana adik iparnya berjuang keras untuk sembuh dari kanker payudara. Berbagai cara telah ditempuh, mulai dari pengobatan herbal hingga macam-macam tindakan medis dari rumah sakit.

Sebagai penyintas kanker, adik ipar Bidan Nur selalu optomis bahwa dia akan sembuh dan kembali hidup normal. Dia yakin fikiran-fikiran positif yang ditanamkannya akan mempercepat kesembuhannya. Untuk beberapa waktu dia berhasil bangkit. Sel kanker serasa mati. Tapi kematian sel kanker itu ibarat mati suri. Pada satu waktu dia tumbuh kembali, bahkan lebih subur. Adik Ipar Bidan Nur tak kuasa menghalau keganasannya. Dia pasrah. Adik ipar Bidan Nur kemudian menuntaskan perjuangannya dengan menutup mata selama-lamanya. 

Kegagalan adik ipar Bidan Nur dalam proses pengobatan kanker payudara bukan tanpa alasan. Adik ipar Bidan Nur rupanya tidak menyadari adanya indikasi kanker pada salah satu bagian tubuhnya. Dia abai akan rasa sakit pada payudaranya. Barulah ketika telah mencapai stadium mengkhawatirkan, tindakan pengobatan baru dilakukan. Andai saja waktu awal merasakan sakit pada bagian payudaranya dia mau berbagi cerita, lalu dilanjutkan dengan tindakan penanganan secara medis, mungkin saja penyakitnya itu bisa disembuhkan. Tapi apalah daya, kesadaran dan penanganan yang terlambat akhirnya kanker itu berhasil menyudahi perjalanan hidup adik ipar Bidan Nur secara dramatis.

Kepada kami, Bidan Nur berpesan agar selalu aktif memeriksakan kesehatan terlebih jika kita merasakan ada hal-hal yang tidak wajar dalam tubuh kita. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Jangan menunggu sakit untuk sehat. Cepat bertindak sebelum terlambat. Dan perihal kanker payudara, Bidan Nur berbagi ilmu bagaimana caranya kita melakukan pemeriksaan sendiri di rumah untuk mengetahui apakah ada indikasi kanker payudara atau tidak. Jika memang ada indikasi kanker, bisa segera mengunjungi pusat kesehatan untuk tindakan selanjutnya.

Siti dan adik ipar Bidan Nur hanya secuil kisah pilu para penyintas kanker payudara. Banyak yang berhasil sembuh tapi banyak pula yang akhirnya yang menemui ajal oleh sebab keganasan kanker tersebut. Terlepas dari takdir yang telah digariskan Tuhan, tentunya ikhtiar yang dilakukan sejak awal akan memberi dampak besar bagi keberhasilan pengobatan. Sel-sel kanker yang penyebarannya masih dini akan lebih mudah dihentikan, lain lagi jika keganasannya sudah menyerang organ-organ lain tentunya hal tersebut akan memperkecil peluang kesembuhan.

Ciri-Ciri dan Penanganan Kanker Payudara

Sumber foto: pixabay.com

Pemeriksaan dini untuk mendeteksi apakah ada KANKER PAYUDARA atau tidak dapat kita lakukan sendiri. Adapun indikasi adanya kanker payudara dapat diketahui dari ciri-ciri berikut:

  • Benjolan tanpa rasa sakit di payudara
  • Gatal-gatal terus menerus di sekitar puting
  • Pendarahan atau lendir yang tidak biasa dari puting
  • Kulit di atas payudara membengkak dan menebal
  • Puting masuk atau tertarik kembali

Jika pada payudara terdapat ciri-ciri di atas segeralah lakukan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan tindakan selanjutnya. Ingat, jangan saampai terlambat!

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Begitu juga dengan kanker. Kita tidak perlu merasa takut, tapi jangan juga terlalu abai. Apabila kita bertindak cepat, yakin kita pasti menang melawan kanker. Penanganan kanker bisa kita lakukan secara kolaborasi, yakni dengan tindakan yang disarankan medis juga pembentukan pola fikir.

Sel-sel kanker payudara timbul dari duktus atau lobulus di payudara. Sel-sel tersebut dapat menyebar kemana-mana dan dapat membahayakan organ-organ lain. Maka, apabila dibiarkan akan sangat membahayakan. Segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan tindakan yang tepat.

Tidak hanya secara medis, pola fikir para penyintas pun perlu diperbaiki untuk mempercepat penyembuhan. Jauhkan dari rasa tertekan yang menyebabkan depresi tinggi. Sebaliknya, tanamkanlah fikiran positif dan optimis bahwa tak ada badai yang tak berlalu, habis gelap pastilah datang terang. Setiap penyakit pasti bisa disembuhkan, tentunya dengan penanganan yang tepat dan belum terlambat. Seperti kita ketahui bahwa fikiran positif akan meningkatkan imun tubuh. Imun tubuh kuat maka penyakit dalam tubuh akan mudah dilawan. 

Terkait penanganan secara medis, banyak pilihan pengobatan yang dilakukan, diantaranya melalui operasi, rehabilitasi, radioterapi, dan terapi sistemik. Kita bisa mendapatkan informasi tentang kanker payudara dengan mengunjungi PUSAT PENANGANAN KANKER. Jangan lupa, lakukan deteksi dini untuk mengurangi resiko buruk kanker payudara!

Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Bahaya Kanker

Mengutip tulisan ahcc.co.id, wanita berusia 40 tahunan mulai memasuki wilayah rentan serangan kanker payudara. Sedang pada wanita dengan usia antara 55-59 tahun memilliki tingkat kerawanan yang tinggi. Walau demikian, nyatanya usia belia pun bisa terkena penyakit mematikan tersebut. Banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan hal itu terjadi, mungkin faktor keturunan atau faktor gaya hidup yang kurang sehat. Oleh sebab itu, kesadaran kita akan bahaya kanker payudara harus ditingkatkan lagi sedari dini.

Upaya meningkatkan kesadaran akan bahaya kanker termasuk kanker payudara tidak serta merta dengan mudah diterapkan di masyarakat. Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan. Salah satunya adalah dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang dilakukan secara berkala. 

Penyuluhan yang dilakukan pun semestinya harus mampu menembus daerah-daerah terpencil. Kita tidak dapat menutup mata bahwa masyarakat di daerah terpencil memiliki tingkat kesadaran rendah terhadap pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan. 

Akses yang sulit dan jauh menuju Pusat Kesahatan Masyarakat kerap menjadi alasan bagi para penduduk daerah terpencil untuk tidak melakukan pemeriksaan medis. Saat ada seseorang terindikasi sakit, mereka lebih memilih pengobatan secara alternatif baik itu melalui pengobatan tradisional atau oleh seseorang yang dianggap orang pintar. Mungkin untuk beberapa penyakit ringan hal itu bisa disembuhkan, tapi bagaimana jika penyakit yang mengintai adalah penyakit ganas semacam kanker? Oleh sebab itu, pemerintah diwajibkan untuk jemput bola, mendatangi dan menyuluhi pola fikir mereka dengan banyak pengetahuan kesehatan. 

Dengan adanya program penyuluhan tersebut diharapkan kesadaran akan bahaya kanker tidak hanya menjadi milik masyarakat kota tapi bisa terbentuk juga pada lapisan masyarakat terpencil. Jika pemerataan akan sadar kesehatan telah terbentuk pada semua lapisan masyarakat, maka harapan "Indonesia Sehat Indonesia Kuat" akan menjadi kenyataan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seblak, Kuliner Parahyangan Yang Makin Tenar

Bika Talubi Inovasi Trendi Dari Ragam Kuliner Bogor Yang Super Lembut